Peran Perempuan


Hey ... Perempuan Indonesia????? Apa kabar ???



Saya ingin melihat perempuan Indonesia suatu saat nanti ber berbicara di mimbar2

internasional berbicara tentang karya-karya mereka yang spektakuler. Saya ingin melihat

perempuan Indonesia suatu saat nanti menjadi penerima2 nobel untuk bidang

perdamain, sains, teknologi, sastra (wah ... saya sangat ingin), kesehatan (siapa tau suatu

saat nanti perempuan Indonesia yang menemukan obat Aids, keren bukan????). Saya ingin

melihat suatu saat nanti perempuan Indonesia bisa menunjukan eksistensinya dan

kontribusinya untuk dunia, terutama untuk dunia Islam. Dan saya ingin melihat

perempuan Indonesia suatu saat nanti bisa berperan sesuai dengan kapasitasnya tanpa

melupakan kodrat tentunya nya (jangan sampai emansipasi yang salah kaprah???)



Rusak dan tidaknya sebuah masyarakat bersumber dari perempuan. Perempuan adalah eksistensi yang mampu menghaturkan pribadi-pribadi yang unggul kepada masyarakat, sehingga masyarakat tersebut menjadi sebuah masyarakat yang kokoh dan masyarakat yang menjunjung norma-norma agama…. (Imam Khomaeni ra, sahifeh nur jil:16 hal:125)


Sebuah hal yang aksioma bahwa eksistensi perempuan merupakan segmen yang paling urgen saat ini dari tatanan sebuah masyarakat. Karena berhasilnya sebuah generasi tidak luput dari peran serta dan tangan dingin perempuan sebagai pendidik pertama yang bersinggungan dengan generasi tersebut, dimana peran perempuan tersebut sebagai ibu sebagai pendidik untuk anak2nya. Dengan demikian, kita tidak dapat menutup mata , hati, pikiran, telinga dan seluruh panca indera kita, dari peran penting yang dimainkan oleh perempuan. Bukan zamannya lagi perempuan hanya dianggap sebagai alat reproduksi semata, (objek alat pemuas semata) yang hanya bisa beranak pinak, melahirkan, untuk keberlangsungan komunitas manusia. Hal ini pun telah dibuktikan sendiri oleh perempuan-perempuan hebat saat ini dengan menunjukkan kredibilitasnya dalam ranah sosial, politik, ekonomi, sains, dan bidang2 lainnya.


"saya ingin menjadi perempuan yang hebat

saya ingin memperkaya diri saya dengan ilmu dan wawasan

saya ingin berkontribusi untuk lingkungan sekitar

saya ingin memberikan arti dan kilau untuk kehidupan orang2 yang membutuhkan

ya ... sebagai perempuan saya ingin selalu berkarya

berkarya dan berperan dengan ilmu yang saya miliki

karena saya ingin menjadi partner yang hebat untuk suami saya kelak

dan pendidik untuk calon anak2 saya nanti -generasi religius yang spektakuler-

(by : Ratih Kartikasari)"


Munculnya tokoh, ilmuwan, politikus, pakar ekonomi, atau pakar hukum perempuan, merupakan bukti bahwa perempuan pun memiliki kemampuan intelektualitas yang sejajar dengan kaum lelaki.


Di Indonesia kita dapat melihat berbagai gerakan dan sepak terjang para perempuan, baik di era pra-kemerdekaan RI dengan munculnya para tokoh perempuan yang ikut gigih melawan kolonialis dan imperialis, seperti Dewi Sartika, Cut Nya’ Din, R.A Kartini dan sebagainya. Saya sangat terinspirasi dengan keberanian Cut Nya' Din, dialah sosok pejuang perempuan yang bisa menggetarkan para musuh Allah, yaitu penjajah kolonial Belanda, seorang ahli strategi perang yang hebat, sungguh kontribusi beliau bisa menembus batas2 perbedaan gender, bisa dikatakan beliau bisa sejajar eksistensinya dengan kaum laki-laki.


Islam adalah agama yanga sangat menghormati hak2 azazi manusia, baik laki-laki maupun peremmpuan. Dalam prespektif agama islam tidak ada keutamaan antara laki-laki & perempuan Kecuali takwanya


Islam memandang perempuan :
  • Perempuan diberikan kebebasan dengan rambu-rambu
  • Peran Perempuan menurut islam : Sebagai Anak, Istri, Ibu , yg taat dan berbakti


Perempuan!!!!! ayo katakan sejauh mana kalian tahu tentang peran itu sendiri?????


"Seorang ibu yang merupakan pendidik pertama dan utama, seharusnya memahami hal ini karena masa kanak-kanak merupakan masa pembentukan kepribadian manusia. Seorang ibu berperan dalam langkah awal untuk menghasilkan generasi yang berkembang dari sisi tubuh, intektualitas, kecerdasan sosial, maupun religiusitasnya, sehingga tidak lahir ‘generasi bermental tahu dan tempe atao bahasa kerennya bermental memble’.



Bruce J. Cohen dalam karyanya yang berjudul “Introduction To Sociology” mendefinisikan peran sebagai berikut, “Setiap perilaku yang diharapkan (dinantikan) oleh pihak lain terhadap setiap pemilik kedudukan tertentu.” Berdasarkan definisi di atas, ketika kita berbicara tentang peran perempuan, berarti kita berbicara tentang harapan dan penantian orang lain terhadap perempuan. Dengan kata lain, berbicara tentang apa yang dapat dilakukan perempuan dengan status dan kedudukannya sebagai perempuan.


Secara umum, peran perempuan (women’s role) dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; peran yang dimainkan secara langsung (straight role), dan peran tidak langsung (no straight role). Yang dimaksud dengan peran secara langsung adalah peran yang secara langsung dilakukan oleh perempuan dan pengaruhnya langsung dapat dirasakan. Adapun peran secara tidak langsung adalah peran yang secara tidak langsung dilakukan perempuan, dan pengaruhnya pun dirasakan secara tidak langsung.


Peran Perempuan


1. Sebagai Ibu (Pendidik Utama)


Pondasi sebuah masyarakat yang handal adalah individu-individu, yaitu individu yang dididik dan dibesarkan dalam sebuah keluarga. Untuk menjadikan sebuah masyarakat yang sehat dan religius, maka yang pertama kali harus dibenahi adalah individu-individu sebuah keluarga. Dengan kata lain, sebuah keluarga harus memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya dengan memperhatikan dua sisi kebutuhan manusia, sisi materi dan non materi. Dan dalam hal ini Perempuanlah yang pertama kali memainkan peran penting ini ketika ia berperan sebagai seorang ibu.


Ibu merupakan pendidik dan sekolah pertama bagi seorang anak. Oleh karena itu seorang ibu seyogyanya memiliki kepekaan emosional, kekayaan intelektualitas, kecerdasan spiritual, karena untuk bekal dalam mendidik anak2nya sebagai generasi penerus yang berkualitas. Bisa dikatakan ibu merupakan pencetak generasi penerus yang nanti akan hidup di masyarakat.

“Anak dapat terdidik sesuai dengan keinginan ibunya, jika engkau ingin dia mengetahui makna keutamaan dan kemuliaan, maka didiklah ibunya”


Melalui pendidikan di rumah, seorang ibu mampu membantu anak dalam perkembangan kepribadiannya sehingga ia nanti akan menjadi sosok pribadi yang sehat jasmani maupun rohani. Tentu saja, seorang anak memiliki ikhtiar untuk menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya. Namun, sebelum mendapatkan pengaruh dari lingkungan, karakteristik dan kepribadian anak dipengaruhi oleh keluarga, terutama oleh ibunya. Hal ini dikarenakan ibu lebih banyak memiliki waktu bersama anaknya, dan sisi psikologis, kebanyakan anak lebih dekat kepada ibunya, mulai dari masa kehamilan, masa menyusui bahkan masa sesudahnya.


Tanamkanlah pendidikan pada anak sedini mungkin, karena ibaratnya anak itu seperti tanah yang kosong yang siap ditanami dengan tanaman apapun, disini perlu pemahaman yang ekstra dari seorang ibu bagaimana caranya supaya tanaman itu tumbuh menjadi tanaman yang berkualitas dan menghasilkan buah yang benar2 ranum???? bisa dikatakan ini memerlukan sebuah menejemen pemeliharaan yang benar2 matang dengan teknik2 yang handal misalnya pemberian pupuk yang teratur, penyiraman yang tepat waktu, pemberantasan hama, dan teknik2 pembudidayaan, sehingga akhirnya menciptakan tanaman yang berkualitas. Begitupun dengan anak, untuk mencetak anak yang sholeh dan pribadi yang religius, maka diperlukan teknik pendidikan yang handal dari ibunya. Pengetahuan pertama yang diperoleh seorang anak dari ibunya. Oleh karena itu sukses tidaknya suatu generasi tidak terlepas dari peran serta orang yang berada di belakang nya yaitu sosok ibu.


2. Sebagai Istri

Masihkah ingat paradigma lama yang mengatakan bahwa seorang perempuan itu hanya untuk :

"sumur, dapur, kasur"


Sudah saatnya perempuan bangkit dan menunjukan eksistensinya !!!! Ya mungkin semangat itu, yang kira2 sekarang mulai tumbuh dalam benak para perempuan pada era kini.


Allah telah menciptakan segala sesuatu didunia ini secara berpasang-pasangan, ada siang ada malam, ada gelap ada terang, begitupun dengan hewan dan tumbuhan dalam keadaan berpasang-pasangan, sehingga melalui cara itulah komunitas mereka dapat terus berkembang biak dan berlanjut membentuk generasi baru.


Allah juga telah menciptakan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan, lalu menyatukan mereka melalui sebuah pernikahan. Berbeda dengan hewan dan tumbuhan, pernikahan manusia selain untuk sarana untuk menjaga kelanggengan komunitas manusia, juga dapat dijadikan sarana untuk mencapai kesempurnaan serta sarana untuk bekerja sama dalam mencapai kebahagiaan hakiki. Seorang istri, selain ia sendiri dapat melalui semua jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai kesempurnaan, ia pun dapat menjadi teman seperjalanan suami untuk mencapai kebahagiaan hakiki. Seorang istri dapat menjadi motivator bagi suami untuk melakukan suatu kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dalam sejarah disebutkan, setelah pernikahan Imam Ali as dan Fatimah Az-Zahra as, Rasulullah saw bertanya kepada Imam Ali as tentang istrinya, “Wahai Ali, bagaimana engkau melihat Fatimah Zahra putriku? Imam Ali menjawab, “Aku melihatnya sebagai teman dan penolong terbaik dalam ketaatan kepada Allah swt.”


Seorang istri pada hakekatnya adalah seorang patner untuk suaminya, karena penciptaan seorang perempuan pun diciptakan dari tulang rusuk adam, dimana letak anatomi tulang rusuk itu berada disamping, ini bisa dianalogikan hahwa perempuan adalah teman yang saling berdampingan dengan suaminya, bukan berada dibawah sehingga istri bisa dinjak-injak, bukan pula berada di atas sehingga lupa akan kodratnya, tetapi berdampingan dan saling melengkapi.


Pada era kini, istri bisa berkembang dan menggunakan potensi serta talenta yang dimilikinya dengan memiliki karir diluar. Senantiasa berkarya dan tetap survive dengan mencari uang diluar untuk membantu suaminya dalam membangun rumah tangganya. Hal ini tidak dilarang dalam islam selama berada dalam rambu2 agama. Terlepas dari semua itu istri tetaplah istri, tidak boleh lupa akan kodratnya. Kodratnya apabila di rumah menjadi pendamping suami, dan suami adalah kepala keluarga. hal ini lah yang terkadang salah kaprah, emansipasi yang kebablasan. istri yang mempunyai karir yang hebat di luar, terkadang lupa akan tugas dan fungsinya sebagai seorang istri itu tersendiri. Oleh karena itu peran agama sangat menonjol dalam memenej arti kata emansipasi itu sendiri. Jangan sampai menjadi emansipasi yang salah kaprah atau kebablasan.


Istri yang baik adalah istri yang menjadi teman suaminya dalam meningkatkan moralitas, spiritualitas, dan religiulitas. Begitupula sebaliknya, istri yang buruk adalah istri yang menjadi penghalang suami dalam meningkatkan moral, spiritualitas, dan religiusitasnya. Sebagai contoh, istri yang banyak menuntut di luar kemampuan suaminya, sangat mungkin akan menyebabkan si suami terjebak dalam perbuatan dosa, bila sang suami tidak kuat iman. Banyak terjadi suami yang melakukan korupsi, mencuri, atau merampok demi memenuhi tuntutan istri. Sa’di (penyair Iran) berkata, “Perempuan buruk bagi suami yang baik semenjak di dunia inipun ibarat neraka baginya.”


3. Peran sebagai Anggota Masyarakat

Pembahasan di atas merupakan pembahasan peran perempuan secara tidak langsung dalam mewujudkan sebuah masyarakat religius. Adapun peran langsung (straight role) yang dapat dimainkan oleh perempuan adalah peran sebagai anggota masyarakat.


Perempuan sebagai segmen sigifikan dari sebuah masyarakat hendaknya ikut andil dalam menjaga kesehatan, stabilitas perekonomian, dan keamanan masyarakat.


Sebagai anggota masyarakat, saat seorang perempuan melihat bahwa masyarakatnya mengalami gangguan stabilitas atau terkena penyakit, maka ia harus segera mencari jalan penanggulangannya. Dalam posisi sebagai anggota masyarakat, perempuan dan laki-laki mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan setara, yaitu sama-sama berhak menerima perlakuan yang baik dari masyarakat dan sama-sama berkewajiban menciptakan masyarakat yang sehat. Peran langsung perempuan dalam masyarakat antara lain berupa pekerjaan sebagai dokter, pakar ekonomi, guru, pedagang, petani, atau mubalig, dan lain-lain.


Dalam hal ini perempuan memberikan kontribusinya untuk masyarakat sesuai dengan bidang profesi yang digelutinya. Perempuan berperan serta dalam berbabagai bidang kehidupan, baik itu politik, ekonomi, keagaamaan, keamanan, maupun hukum. Perempuan mempunyai kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya.





0 Responses